Selasa, 02 September 2008

LDII Perlu Konsisten dengan Paradigma Barunya : Prof. Dr. H. Utang Ranuwidjaya - Ketua Komisi Pengkajian dan Pengembangan MUI Pusat


Konsep paradigma baru LDII sudah bagus kalau dilihat dari paparan yang mereka sampaikan. Hal itu saya kemukakan berdasarkan pemantauan saya di beberapa tempat seperti di Jakarta, Surabaya, Lampung dan Kediri. Sebenarnya, dengan paradigma baru tersebut, mereka ingin meninggalkan paham-paham yang dulu diwariskan oleh Islam Jama’ah. Bahkan sekarang, justru mereka ingin membersihkan paham-paham Islam Jama’ah tersebut, jika memang masih ada di dalam tubuh gerakan LDII. Paradigma baru LDII adalah suatu cerminan bahwa mereka ingin kembali ke pangkuan Majelis Ulama Indonesia untuk mendapatkan pembinaan, dan merupakan keinginan bersatu LDII dengan segenap kekuatan Islam Indonesia.

Namun demikian, proses sosialisasi paradigma baru LDII yang mereka lakukan baru sampai tingkat PAC, belum sampai ke grass roots. Kalau begitu kenyataannya, sosialisasi tersebut harus terus ditingkatkan dan diupayakan secara cepat dan maksimal. Selama ini, memang kita masih melihat dan mendengar laporan dari para pengurus atau pimpinan Majelis Ulama Indonesia, baik di Provinsi, Kabupaten atau Kota maupun MUI Kecamatan di mana di beberapa tempat masih ada pola-pola lama yang mereka terapkan.

Tapi pada umumnya, informasi dari MUI Provinsi dan Kabupaten atau Kota menyatakan bahwa sudah bagus pembinaan di internal LDII. Mereka (LDII) juga sudah membuka komunikasi dengan MUI dan ormas-ormas yang lain, meski di beberapa tempat masih terdapat kekakuan dari pihak LDII sendiri dalam berbaur dan dalam meninggalkan kesan-kesan eksklusifnya. Inilah sosialisasi paradigma baru LDII yang sedang dalam proses tersebut.

Pengurus LDII, baik pada tingkat Provinsi maupun Kabupaten sudah cukup tegas dalam menerapkan paradigma barunya. Bahkan, beberapa kali saya mendengar ucapan dari para pimpinan LDII Provinsi yang mengatakan, ”Andaikata masih ada yang menerapkan pola lama dan menjalankan paham-paham Islam Jama’ah, maka kepada mereka diminta untuk keluar dari LDII, dan dianggap itu bukan warga LDII.” Jadi, kalau melihat ketegasan semacam itu sih, saya agak optimis bahwa paham-paham tentang Islam Jama’ah secara bertahap akan ditinggalkan oleh organisasi LDII ini.

Sebenarnya, ajaran LDII itu perlu pendalaman dan penelitian lebih lanjut, karena di lapangan yang saya temukan hanya di permukaan. Tentunya, jawaban saya tidak begitu valid, karena belum mendalami apa yang terjadi di lapangan. Sebatas yang saya dengar, sebatas apa yang saya lihat, dan kesimpulan dari diskusi-diskusi dengan MUI di Provinsi dan Kabupaten, dimana memang masih ditemukan masalah-masalah implementasi di lapangan terkait dengan paradigma baru LDII. Ini harus terus dipantau sejauh mana mereka jujur, ikhlas, terbuka dan bertanggungjawab untuk melaksanakan paradigma barunya. Apakah itu menyangkut sesuatu yang sangat rahasia, ataupun yang biasa mereka buka itu, mestinya dilakukan pemantauan dan penelitian lebih lanjut di lapangan secara mendalam.

Sekarang ini, saya bukan melakukan penelitian ansih, tetapi (juga menggelar pelbagai kegiatan) seperti yang dilakukan di MUI Provinsi DKI Jakarta, itu juga dilakukan MUI di Provinsi yang lain yang saya temui. Jadi, sebenarnya kami memantau apa yang terjadi pada saat dilakukan klarifikasi antara LDII dengan MUI dan ormas-ormas lainnya di beberapa daerah. Ini bisa dikatakan sebagai sampel, atau sekedar melihat di beberapa daerah secara terbatas, dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana sih sosialisasi yang mereka lakukan, dan sejauh mana pula masalah-masalah yang muncul dapat diketahui oleh Majelis Ulama Indonesia di beberapa daerah yang saya datangi tersebut.

Tempat-tempat yang saya datangi, pada umumnya sih sudah cukup bagus. Ada keterbukaan dan komunikasi serta ada informasi timbal-balik antara LDII dengan MUI, antara LDII dengan Ormas Islam yang lain. Tetapi memang, juga ada resistensi dari beberapa pihak terkait dengan isu-isu lama yang mungkin menjadi kekhawatiran dari para tokoh, karena jangan sampai umat terjebak, misalnya oleh kebohongan, konsep-konsep bithonah yang dulu mereka dengar dari Islam Jama’ah.

Saya melihat ada kehati-hatian dari pihak MUI atau ormas yang lain untuk menerima rujuk mereka. Untuk menerima paradigma baru LDII, MUI bersikap dengan “perlu ditinjau dan diamati lebih lanjut.” Umumnya, di tempat-tempat yang saya datangi itu, dilakukan dialog dalam rangka tabayyun, sebagaimana yang dilakukan oleh MUI Provinsi DKI Jakarta. Cuman, dari 5 tempat yang saya datangi, pelaksanaan dialog yang di DKI Jakarta itu lebih bagus.

Kita berharap agar LDII sungguh-sungguh menerapkan paradigma barunya dengan ketulusan, kejujuran, keterbukaan dan tanggungjawab. Bukan kamuflase, bukan lips service ataupun manis di mulut tetapi di dalam masih melakukan hal-hal yang dulu pernah dilakukan oleh Islam Jama’ah. Sehingga, LDII secara total meninggalkan paham lama (paham Islam Jama’ah), kemudian melaksanakan paradigma barunya dengan sebaik-baiknya. Apa yang mereka katakan itu, mereka lakukan. Jangan apa yang mereka katakan, tetapi lain dalam pelaksanaannya. Jika hal itu terjadi, nanti akan menimbulkan atau memunculkan masalah baru, memunculkan masalah yang lebih kronis dibanding dengan apa yang sudah terjadi selama ini. Selama ini, yang terjadi adalah hubungan yang renggang, hubungan yang jauh antara ormas Islam yang satu dengan LDII, karena ada kecurigaan bahwa LDII adalah kelanjutan dari Islam Jama’ah. <50%.>

Nah, dengan demikian, kita harapkan LDII itu betul-betul melaksanakan paradigma barunya, agar memang menjadi satu kekuatan dengan ormas-ormas Islam yang lain. Jadi satu ukhuwah, satu kesatuan dan satu kekuatan di bawah payung Majelis Ulama Indonesia.

Nah, kepada teman-teman Ormas, MUI di Provinsi, MUI Kabupaten atau MUI Kota sampai ke tingkat yang paling bawah, diharapkan untuk memberikan peran bagi LDII dalam menjalankan paradigma barunya. <50%>


Web blog ini mengandung setengah (50%) dari Catatan Para Ulama. Untuk memperoleh Catatan Para Ulama versi lengkap dalam bentuk buku, silahkan kunjungi situs www.madaniinstitute.org

:)

Tidak ada komentar: